Pidato yaitu menjabarkan ide atau pokok pikiran berwujud kata-kata yang diucapkan tertuju kepada orang banyak. Termasuk juga disebut pidato yaitu teks bacaan yang dipersiapkan untuk dibacakan dihadapan orang banyak atau khalayak umum. Pada dasarnya, pidato yang baik yaitu berisi bagian-bagian seperti ucapan salam, pembuka, isi, dan penutup. Adapun bagaimana cara membawakan pidato ada bermacam cara yang bisa dipilih sesuai selera, kebiasaan, tujuan, topik, pendengar, dan keadaan.
1. Mengucapkan Rasa Syukur
Sebagaimana wajarnya sebuah acara yang dihadiri orang banyak, pembukaan yang berisi ungkapan rasa syukur memang sudah lumrah digunakan di berbagai acara. Sebagai orang beriman, kita memang tidak boleh lupa untuk menghaturkan syukur kepada Tuhan atas segala hal, termasuk terselenggaranya sebuah acara. Tanpa perlu melihat teks, biasanya pembicara sudah hapal terkait pembukaan pidato berisi rasa syukur ini.
2. Menceritakan Pengalaman Yang Terkait dengan Isi Pidato
Agar pidato berjalan dengan santai dan menarik, beberapa pembicara biasanya sering menyelipkan pengalaman pribadinya untuk diceritakan kepada para pendengarnya. Namun untuk cara ini hendaknya cerita tersebut masih berhubungan dengan tema yang hendak dibahas dalam isi pidato. Pengalaman tersebut bisa diolah, ditambahi, dikurangi, atau diubah sesuai keperluan agar lebih cocok dengan isi pidato.
3. Menceritakan Kisah Ilustrasi
Selain menceritakan pengalaman pribadi, menceritakan sebuah ilustrasi juga bisa digunakan untuk membuat pidato agar lebih hidup dan berwarna. Berbeda dengan cerita berisi pengalaman, cerita ilustrasi ini bisa berupa cerita umum di masyarakat yang adakalanya sudah dikenal oleh orang banyak. Namun dengan teknik-teknik tertentu, cerita ini dibuat menjadi lebih menarik sehingga menjadi lebih mudah dipahami oleh pendengarnya.
4. Menceritakan Kisah Lucu
Agar pendengar tidak bosan, tidak jarang kini dijumpai para pengisi acara yang suka menyelipkan kisah-kisah lucu dalam isi pidatonya. Pembuka yang menggunakan cerita-cerita lucu ini bisa dilakukan untuk pidato yang bersifat tidak resmi. Meski begitu, perlu ditekankan bahwa lelucon yang diceritakan tersebut harus tetap menjaga sopan santun dan tidak melanggar tata susila, juga hendaknya masih berhubungan dengan isi pidato yang dibawakan.
5. Mengenalkan Diri
Agar semakin dikenal oleh pendengarnya, seorang pembicara juga bisa memperkenalkan dirinya dalam membuka sebuah pidato. Pembukaan dengan model seperti ini lumrahnya dilakukan oleh seseorang yang masuk di lingkungan baru. Untuk mengenalkan dirinya, orang yang berpidato tersebut biasanya akan menyebutkan nama, riwayat hidup yang berhubungan dengan tugas atau jabatan, dan termasuk juga tujuan berpidato.
6. Menyebutkan Fakta Pendengar
Seorang pembicara yang baik salah satunya yaitu mesti melihat siapa audiensnya dan bagaimana keadaan mereka sebagai pendengarnya. Oleh karenanya, ia juga harus mengenal situasi dan kondisi para audiensnya. Untuk hal ini, pembicara dapat menyebutkan segala sesuatu yang baik - baik tentang dengan para pendengar, misalnya pakaiannya, semangatnya, kesediaan hadir, dan lain sebagainya.
7. Menyebutkan Contoh Nyata
Agar isi pidato menjadi lebih mudah dicerna dan dipahami oleh setiap pendengarnya, tidak ada salahnya kita memberikan beberapa contoh nyata untuk menekankan suatu pembahasan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyebutkan peristiwa nyata yang masih berkaitan dengan isi pidato. Untuk ini, pembicara harus mengerti betul peristiwa tersebut agar tidak terjadi disinformasi dan sesuai maksud yang hendak disampaikan.
8. Mengutip Pendapat Tokoh, Peribahasa, Buku, Atau Kitab Suci
Bagi para pengisi acara, tidak jarang kita jumpai mereka juga mengutip kalimat-kalimat penting agar lebih mengena di hati pendengarnya. Kutipan-kutipan tersebut bisa berasal dari pendapat Tokoh, peribahasa, buku, atau Kitab Suci. Tidak hanya itu saja, kutipan lagu atau tembang-tembang juga bisa digunakan sebagai penguat atau pemanis isi pidato. Namun hendaknya kutipan-kutipan tersebut masih ada hubungannya dengan isi pidato.
9. Interaksi Langsung dengan Pendengar
Benteraksi langsung dengan para pendengar bisa menjadi salah satu cara agar pidato lebih hidup sekaligus agar pendengar lebih antusias untuk mendengarkan isi pidato yang disampaikan. Untuk hal ini, pembicara dapat memberikan kesempatan bagi pendengar supaya ikut atur rembug (berbicara) terkait isi pidato, misalnya dengan melontarkan sebuah pertanyaan atau membuka sesi tanya jawab.
10. Menggunakan Benda Peraga
Bagi sebagian pembicara, suatu acara juga bisa dibawakan dengan memanfaatkan benda-benda peraga seperti misalnya peralatan musik, papan tulis, wayang, dan sebagainya. Pidato juga dapat dibawakan dengan menggunakan benda-benda peraga tersebut sesuai kesan yang hendak ditampilkan. Meski begitu, benda-benda tersebut haruslah ada hubungannya dengan perkara yang dipidatokan agar lebih efektif.
Agar isi pidato menjadi lebih mudah dicerna dan dipahami oleh setiap pendengarnya, tidak ada salahnya kita memberikan beberapa contoh nyata untuk menekankan suatu pembahasan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyebutkan peristiwa nyata yang masih berkaitan dengan isi pidato. Untuk ini, pembicara harus mengerti betul peristiwa tersebut agar tidak terjadi disinformasi dan sesuai maksud yang hendak disampaikan.
8. Mengutip Pendapat Tokoh, Peribahasa, Buku, Atau Kitab Suci
Bagi para pengisi acara, tidak jarang kita jumpai mereka juga mengutip kalimat-kalimat penting agar lebih mengena di hati pendengarnya. Kutipan-kutipan tersebut bisa berasal dari pendapat Tokoh, peribahasa, buku, atau Kitab Suci. Tidak hanya itu saja, kutipan lagu atau tembang-tembang juga bisa digunakan sebagai penguat atau pemanis isi pidato. Namun hendaknya kutipan-kutipan tersebut masih ada hubungannya dengan isi pidato.
9. Interaksi Langsung dengan Pendengar
Benteraksi langsung dengan para pendengar bisa menjadi salah satu cara agar pidato lebih hidup sekaligus agar pendengar lebih antusias untuk mendengarkan isi pidato yang disampaikan. Untuk hal ini, pembicara dapat memberikan kesempatan bagi pendengar supaya ikut atur rembug (berbicara) terkait isi pidato, misalnya dengan melontarkan sebuah pertanyaan atau membuka sesi tanya jawab.
10. Menggunakan Benda Peraga
Bagi sebagian pembicara, suatu acara juga bisa dibawakan dengan memanfaatkan benda-benda peraga seperti misalnya peralatan musik, papan tulis, wayang, dan sebagainya. Pidato juga dapat dibawakan dengan menggunakan benda-benda peraga tersebut sesuai kesan yang hendak ditampilkan. Meski begitu, benda-benda tersebut haruslah ada hubungannya dengan perkara yang dipidatokan agar lebih efektif.
Adapun cara menutup pidato, beberapa hal yang bisa dilakukan di antaranya yaitu sebagai berikut:
1. Meringkas atau Menyimpulkan Isi Pidato
Agar pendengar bisa ingat dan isi pidato membekas di ingatan mereka, pembicara dapat menutup pidatonya dengan sedikit mengulas ringkasan isi dari pidatonya.
2. Menyanjung Pendengar
Menyanjung audiens mesti dilakukan dengan lumrah, jangan dibuat-buat dan sewajarnya. Hal ini dilakukan agar membuat senang hati pendengarnya.
3. Menggunakan Kalimat-Kalimat Lucu
Pembicara juga dapat menutup isi pidatonya dengan membuat kalimat-kalimat lucu yang bisa membuat pendengar tertawa/ tersenyum dan senang.
4. Mengajak - ajak
Pidato yang berisi suatu ajakan, akan sangat cocok jika penutupnya digunakan untuk mengajak pendengarnya supaya melakukan apa yang dikehendaki oleh pembicara.
5. Menggunakan Ungkapan Terkenal
Gunakan kalimat atau ungkapan-ungkapan terkenal dari para tokoh atau kitab suci juga bisa untuk menutup pidato. Kalimat-kalimat tersebut bisa digunakan menguatkan isi pidato.
6. Menggunakan Pantun
Pantun sudah banyak diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karenanya, menutup pidato dengan menggunakan pantun juga bisa meninggalkan kesan mendalam di hati pemirsanya.
1. Meringkas atau Menyimpulkan Isi Pidato
Agar pendengar bisa ingat dan isi pidato membekas di ingatan mereka, pembicara dapat menutup pidatonya dengan sedikit mengulas ringkasan isi dari pidatonya.
2. Menyanjung Pendengar
Menyanjung audiens mesti dilakukan dengan lumrah, jangan dibuat-buat dan sewajarnya. Hal ini dilakukan agar membuat senang hati pendengarnya.
3. Menggunakan Kalimat-Kalimat Lucu
Pembicara juga dapat menutup isi pidatonya dengan membuat kalimat-kalimat lucu yang bisa membuat pendengar tertawa/ tersenyum dan senang.
4. Mengajak - ajak
Pidato yang berisi suatu ajakan, akan sangat cocok jika penutupnya digunakan untuk mengajak pendengarnya supaya melakukan apa yang dikehendaki oleh pembicara.
5. Menggunakan Ungkapan Terkenal
Gunakan kalimat atau ungkapan-ungkapan terkenal dari para tokoh atau kitab suci juga bisa untuk menutup pidato. Kalimat-kalimat tersebut bisa digunakan menguatkan isi pidato.
6. Menggunakan Pantun
Pantun sudah banyak diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karenanya, menutup pidato dengan menggunakan pantun juga bisa meninggalkan kesan mendalam di hati pemirsanya.