Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Refleksi

Kisah Fatimah dan Gilingan Gandum (Nasehat Nabi SAW Kepada Para Wanita/Istri)

ilustrasi via pixabay  Salah seorang sahabat Rasulullah SAW, yakni Abu Hurairah RA pernah bercerita:  Pada suatu hari, Rasulullah SAW pergi berkunjung ke rumah puterinya yaitu Fatimah az-Zahra'. Sesampainya di sana, dijumpainya puterinya itu sedang menggiling biji gandum menggunakan gilingan batu sambil menangis. Nabi pun bertanya kepadanya, "Apa yang menyebabkan kamu menangis wahai Fatimah?, mudah-mudahan Allah tidak menjadikan kedua matamu menangis".  Fatimah menjawab, "Yang menyebabkan aku menangis adalah gilingan batu ini dan kesibukanku di rumah setiap hari".  Ayahnya (Nabi SAW)) kemudian mendekati Fatimah dan duduk di samping puteri tercintanya itu. Fatimah kemudian melanjutkan perkataannya, "Bapakku, aku mohon engkau menyuruh suamiku Ali agar dia membelikan budak untukku, sehingga ia dapat membantuku dalam menggiling gandum dan kesibukan di rumah".  Mendengar perkataan Fatimah seperti itu, Rasulullah langsung berdiri menghampiri gilingan gandum

Pentingnya Kerukunan dalam Kehidupan Bersama Umat Manusia

Di negeri nan indah ini, dijumpai berbagai golongan umat beragama yang tentu saja memiliki perbedaan dalam keyakinan, keimanan, dan cara peribadahannya. Walaupun demikian, masing-masing umat beragama tersebut memiliki keinginan yang sama yakni terwujudnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang damai, aman, tenteram, adil, serta makmur secara materiil dan spiritual.  Dalam Islam, kerukunan termasuk ajaran yang harus diwujudkan dalam kehidupan bersama umat manusia. Hal ini karena kerukunan merupakan modal utama untuk terwujudnya ketenteraman, kedamaian, dan kesejahteraan bersama. Sebaliknya, perselisihan atau permusuhan merupakan penyebab datangnya berbagai kerugian dan bencana.  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerukunan berarti perihal hidup rukun; rasa rukun; kesepakatan. Sedangkan arti rukun itu sendiri adalah baik dan damai; bersatu hati atau sepakat.  Baca juga:   Pentingnya Persatuan dalam Kehidupan Manusia Indonesia Islam merupakan agama yang mencintai keruku

Ghibah, Fitnah, dan Cara Kita Menyikapi Datangnya Suatu Berita

ilustrasi via istockphoto  Secara bahasa, kata ghibah (jawa: ngerasani) berasal dari bahasa Arab غيبة yang artinya tidak tampak atau tersembuyi. Pengertian ghibah yaitu mengumpat/ menggunjing, menyebut atau membicarakan hal-hal yang tidak disukai oleh orang yang digunjing, seperti kekurangannya, keburukannya, atau aibnya, kepada orang lain dengan maksud buruk untuk mengolok-olok atau mencemarkan nama baiknya. Disebut ghibah juga karena orang yang digunjing atau diumpat tersebut tidak ada di tempat terjadinya percakapan (tidak mendengarkan langsung). Adapun fitnah (فتنة) adalah kabar bohong tentang keburukan (aib) seseorang atau sekelompok orang yang disampaikan atau disebarkan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain atau masyarakat umum. Fitnah merupakan perbuatan buruk yang sangat dilarang oleh agama. Demikian buruknya akibat dari perbuatan fitnah ini, sehingga Allah SWT berfirman: وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ....  "..... Dan fitnah itu lebih kejam daripad

Hidup Bersanding, Bukan Bertanding

via radarsurabaya  28 Oktober 1928 menjadi hari yang luar biasa bersejarah bagi bangsa Indonesia karena ketika itu para pemuda yang terdiri dari berbagai suku dan etnis bersatu untuk mengikrarkan Sumpah Pemuda. Namun dalam proses menjadi Indonesia, setidaknya ada tiga tahapan yang menjadi tonggak sejarah amat penting untuk diacu kembali guna menata kembali kerangka pikir kita sebagai bangsa yang kini sedang dalam kondisi krisis di segala bidang.  Selain peristiwa pada tanggal 28 Oktober yang diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda, 20 Mei 1908 menjadi tonggak awal sejarah perjuangan bangsa ini dimana pada masa itu berdiri sebuah organisasi kemasyarakatan berpaham kebangsaan (Budi Utomo) yang kemudian diikuti organisasi-organisasi lainnya. Puncaknya, 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia menyatakan kepada dunia bahwa berbagai suku bangsa yang berikrar pada 1928 telah menjadi satu bangsa yang merdeka yakni bangsa Indonesia.  Dari ketiga peristiwa bersejarah ini, kita h

Cara Merawat Iman (Analogi Bercocok Tanam)

Berkurangnya kualitas iman seseorang memang sangatlah berbahaya. Iman yang tipis akan berdampak pada berkurangnya ketaatan dalam beribadah kepada Allah dan berbuat kebajikan kepada sesama. Dalam hal ini, memang ada hubungan timbal balik antara iman (aqidah), ibadah (syariah), dan akhlak (mu'amalah). Dari ketiganya ini, iman berada pada posisi dasar yang melahirkan ibadah dan akhlak. Sebaliknya, kualitas ibadah dan akhlak dapat juga berpengaruh kepada kualitas iman.  Oleh karenanya, iman yang telah kita miliki ini wajiblah kita syukuri dengan cara menjaga dan merawatnya. Lantas bagaimana caranya kita merawat dan menumbuh suburkan keimanan kita agar semakin meningkat kualitasnya?. Mungkin kita bisa belajar dari analogi ilmu bercocok tanam berikut ini. via pixabay Suatu tanaman akan dapat tumbuh dengan subur sangat dipengaruhi oleh empat hal, yaitu tanah, air, sinar matahari, dan pupuk. Apabila salah satu atau beberapa dari keempat unsur tersebut tidak dapat terpenuhi, maka benih tana

Ad by Adsterra