Imam Ahmad pernah berkata, "Kebutuhan manusia terhadap ilmu pengetahuan itu porsinya lebih besar daripada makan dan minum, karena orang membutuhkan makan dan minum dalam sehari hanya sekali atau sampai tiga kali. Akan tetapi kebutuhan terhadap ilmu adalah sebanyak bilangan tarikan napasnya" (Tahdzib Madarij ash-Shalihin)
ilustrasi via islami.co |
Ada banyak cara bagi seseorang untuk memenuhi kebutuhannya akan ilmu pengetahuan. Salah satu di antaranya yaitu dengan membaca. Pada dasarnya, kegiatan membaca dapat membantu seseorang menjadi lebih baik. Membaca juga merupakan salah satu cara terbaik untuk memanfaatkan waktu. Semakin rajin membaca, meneliti, dan mengasah, maka seseorang akan semakin banyak memiliki ilmu untuk diamalkannya.
Dengan terus membaca dan menelaaah isi berbagai macam buku atau kitab, maka akan memberikan kepada seseorang suatu kemampuan untuk menganalisa dan mengemukakan pendapatnya secara benar, dan apabila ia mengkritik suatu masalah maka dilakukannya dengan kacamata dan bahasa ilmu pengetahuan. Bahkan membaca juga dapat membuat seseorang menjadi lebih sehat, terutama secara mental.
Tidak hanya itu saja, seseorang yang banyak membaca dan menelaah bermacam-macam buku, maka masyarakat akan melihatnya dengan pandangan kewibawaan dan kehormatan. Kiranya para Ulama Salaf juga tidak akan sampai pada tingkat kharisma dan kedudukan serta kepribadian yang sedemikian itu andaikata mereka tidak memiliki ilmu dan minat baca yang tinggi.
Berkaitan dengan hal tersebut, pada artikel kali ini saya akan berbagi cuplikan kisah dari para Salafuna Shalih yang gemar membaca sebagaimana dikutip dari buku Efisiensi Waktu Konsep Islam (Al Waqt 'Amaar au Damaar) karya Jasiem M. Badr al-Muthawi. Semoga menginspirasi.
1. Ibnul Mubarak: Berteman dengan Para Sahabat
Ibnul Mubarak adalah termasuk generasi ketiga setelah Rasulullah SAW (atba' at-tabi'in). Meski demikian, beliau selalu menyempatkan diri untuk 'duduk' bersama para sahabat Rasul dengan memahami ucapan-ucapan dan riwayat-riwayat mereka. Pernah suatu ketika murid-murid beliau gelisah karena beberapa hari tidak menemukan kehadiran sang guru. Ketika berjumpa, mereka pun bertanya, "Mengapa Tuan tidak duduk mengajar kami?". Ibnul Mubarak menjawab, "Aku pergi untuk berteman dengan para sahabat dan tabi'in". Ibnul Mubarak berkata demikian sambil memberi isyarat bahwa beliau membaca kitab-kitab mereka.
2. Al-Anbari: Sakit karena Banyak Membaca
Alkisah, seorang tabib didatangkan untuk mengobati Abu Bakar al-Anbari ketika sakitnya sudah teramat parah. Sang tabib kemudian memeriksa urine (air kencing) nya seraya berkata, "Anda telah melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh siapa pun, sebenarnya apa yang telah anda lakukan?". Al-Anbari menjawab, "Aku membaca setiap pekan sebanyak sepuluh ribu lembar". Benar-benar suatu peristiwa langka dan menakjubkan dari orang yang gemar membaca. Bahkan karena sakit itulah yang mengantarkannya pada kematian.
3. Az-Zubairi: Tetap Membaca Meski Kitabnya telah Dirusak Tikus
Mus'ab az-Zubairi adalah orang yang memiliki kegemaran membaca. Suatu ketika, beliau bercerita bahwa Yahya bin Zakariya telah mewasiatkan kepadanya kitab-kitab milik Sulaiman bin Bilal. Berada di kediamannya, seiring waktu kitab-kitab tersebut rusak dan telah dikotori (dikencingi) oleh tikus. Meski begitu, Az-Zubairi tetap membacanya untuk ditelaahnya. Az-Zubairi berkata, "Aku membaca tulisan-tulisan yang masih jelas dan kutinggalkan tulisan yang tidak terlihat (pudar).
4. Abu Dawud: Memikirkan Kitab-Kitabnya Sekalipun Sedang Menjahit Baju
Imam Abu Dawud memang dikenal sangat kecanduan membaca, sampai-sampai baju yang dikenakannya pun didesain khusus untuk mendukung kegemarannya tersebut. Beliau biasa membawa dan meletakkan kitabnya pada lengan baju yang memang sengaja dijahit longgar. Ibnu Dasah menceritakan, "Baju Imam Abu Dawud ada yang berlengan longgar dan ada yang sempit. Ketika ditanyakan alasannya, Imam Abu Dawud menjawab, "Lengan yang longgar sebagai tempat menyimpan kitab dan yang sempit tidak memiliki kegunaan".
5. Pengakuan Istri Az-Zuhri: Mengeluh karena Suami Banyak Membaca
Istri Imam Az-Zuhri berkata, "Demi Allah, sesungguhnya kitab-kitab ini sangat menyakitkanku sebagai seorang istri, melebihi sakit hatiku bila dimadu dengan tiga orang istri". Pengakuan ini terjadi karena sang istri melihat sang suami terus menerus membaca buku-bukunya. Kecintaan Az-Zuhri terhadap buku-buku bacaan dan penelaahannya tersebut telah mengantarkan beliau sebagai salah seorang fuqaha (ahli fiqih) dan muhadditsin (ahli hadits) serta salah seorang tokoh Ulama di Madinah al Munawwarah.
6. Ishaq al-Muradi: Sibuk Membaca Hingga di Keheningan Malam
Syaikh Abdul Adzim bercerita, "Belum pernah aku melihat dan mendengar orang yang lebih banyak kesibukannya melebihi Ishaq al-Muradi. Beliau senantiasa terbenam dalam kesibukannya sepanjang siang hingga larut malam. Aku bertetangga dengannya dan rumah beliau dibangun setelah dua belas tahun rumahku berdiri. Setiap kali aku terjaga di keheningan malam, selalu terbias sinar lentera dari dalam rumahnya, dan beliau sedang sibuk dengan pencarian ilmu. Bahkan sewaktu makan pun diselinginya dengan membaca kitab-kitab".
7. Ibnu Qayyim al-Jauziyah: Selalu Lapar Untuk Menelaah Kitab-Kitab
Ibnu Qayyim pernah mengisahkan tentang dirinya, "Aku tidak pernah merasa kenyang menelaah kitab-kitab. Apabila aku melihat sebuah buku yang tidak pernah kulihat sebelumnya, maka seolah-olah aku menemukan harta karun. Aku telah menelaah lebih dari dua puluh ribu jilid, dan masih tetap mencari kitab-kitab lain untuk kutelaah. Dengan mengkaji kitab-kitab para Ulama, maka aku dapat mengambil faedah berupa pengenalan terhadap biografi para salaf, tingkat ketinggian semangat mereka, kemampuan hafalan, serta tradisi di kalangan mereka dan juga untuk mengetahui berbagai ilmu yang tidak diperoleh orang yang enggan membaca".