Dalam pembacaan Al Qur'an, dikenal adanya beberapa qiraat yang dijadikan sebagai rujukan. Qira'at merupakan metode atau cara baca lafadz atau kalimat di dalam al-Qur'an dari berbagai macam segi (riwayat) sebagaimana telah diriwayatkan langsung dari Rasulullah SAW. Macam-macam qiraat ini timbul akibat perbedaan lahjah (dialek) di antara kabilah-kabilah suku Arab. Di antara sekian banyak lahjah-lahjah bahasa Arab, yang termasyhur adalah lahjah Quraiys, Hudzail, Tamim, Asad, Rabi'ah, Hawazin, dan Sa'ad.
Seperti disebutkan di atas, perbedaan lahjah (dialek) orang-orang Arab antara satu dengan lainnya ini memang turut pula mempengaruhi adanya perbedaan cara membaca lafadz Al Qur'an. Dalam perkembangannya, pada sekitar tahun 200 H, muncullah ahli-ahli qiraat yang tidak terhitung jumlahnya. Di antara sekian banyak ahli qiraat, Qari - Qari yang termasyhur adalah sebagai berikut:
1. Abdullah bin Amir Al-Yahshabi (Ibnu Amir), meninggal di Syam pada tahun 118 H. Perawi-perawinya yang termasyhur adalah Abdullah ibn Ahmad ibn Basyir Ibn Zakwan al-Qurasyi al-Dimasyqi (w. 242 H) dan Hasyim ibn Ammar ibn Nashir ibn Abban ibn Maisarah (w. 245 H).
2. Abu Ma'bad Abdullah bin Katsir (Ibnu Katsir), meninggal di Makkah pada tahun 120 H. Perawi-perawinya yang termasyhur ialah Ahmad ibn Muhammad Abdullah (Qunbul) ibn al-Qasim ibn Nafi ibn Abi Bazza (w. 250 H) dan Muhammad ibn Abdu Rahman (Al Bazzi) ibn Muhammad ibn Khalid ibn Said ibn Jurjah al-Makki (w. 291 H).
3. Abu Bakar Ashim bin Abi An-Nujud, meninggal di Kufah pada tahun 127 H. Dua perawi termasyhur yaitu Hafsh Abu Umar bin Sulaiman bin Al-Mughirah Al-Kufi (w. 180 H) dan Syu'bah Abu Bakar bin Ayyasy bin Salim Al-Kufi (w. 193 H). Sekilas info, masyarakat Muslim Indonesia (mungkin juga di seluruh dunia) kebanyakan merujuk kepada qiraat dari Imam Ashim ini lewat riwayat Imam Hafsh.
4. Abu Amr bin Al 'Ala', meninggal di Bashrah tahun 154 H. Dua perawi termasyhur yaitu Abu Umar Hafs ibn Umar ibn Abdul Aziz al-Dauri (w. 240 H) dan Abu Syuaib Salih ibn Ziyad ibn Abdullah al-Susi (w. 261 H).
5. Nafi' bin Abdirrahman Al-Laitsi, meninggal di Madinah tahun 109 H. Perawi-perawinya yaitu Warsy Abu Said Utsman bin Said Al-Mishri (w. 197 H) dan Qalun Abu Musa Isa bin Mina bin Wardan (w. 220 H).
6. Abul Hasan Ali bin Hamzah Al Kisai, meninggal di Basrah tahun 189 H. Dua perawi termasyhur yaitu Abdul Harits Al Laits bin Khalid (w. 240 H) dan Ad-Duri Hafsh bin Umar bin Abdil Aziz Al-Baghdadi (w. 240 H).
7. Abu Imarah Hamzah bin Habib, meninggal pada tahun 156 H. Dua perawi termasyhur yaitu Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam (w. 229 H) dan Abu Isa Khallad bin Khalid (w. 220 H).
Tujuh Qiraat dari tujuh Imam di atas kemudian dimasyhurkan dengan istilah Qira'ah Sab'ah (bacaan yang tujuh). Selain Qira'ah Sab'ah, muncul lagi 3 qiraat yang lain, qari-qarinya adalah sebagai berikut:
1. Abu Muhammad Ya'kub bin Ishaq Al-Hadhrami, meninggal di Basrah tahun 205 H. Perawi-perawinya yang termasyhur adalah Ruwais Muhammad bin Al-Mutawakkil (w. 238 H) dan Rauf bin Abdul Mukmin (w. 234 H).
2. Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam, meninggal di Kufah tahun 229 H. Dua perawi termasyhurnya yaitu Abu Ya’qub Ishaq ibn Ibrahim ibn Utsman al-Waraq dan Abu Hasan Idris ibn Abdu Karim al-Baghdadi al-Haddad (w. 292 H)
3. Abu Ja'far Yazid bin Al-Qa'qa' Al-Makhzumi, meninggal di Madinah tahun 230 H. Para perawi termasyhurnya yaitu Abdul Harits Ibn Wardan (w. 160 H) dan Abu Rabi’ Sulaiman ibn Muslim ibn Jammaz (w. 170 H).
Dengan tambahan tiga di atas, maka keseluruhan qiraat menjadi sepuluh jumlahnya dan disebut Qiraah 'Asyrah (Qiraat/ bacaan yang sepuluh). Selanjutnya, masih ada lagi 4 qiraat lain sehingga kesemuanya kemudian disebut dengan Qira'ah Arba'ah Asyrah (Qiraat yang empat belas). Keempat qarinya yaitu Muhammad bin Muhaishiz Al Makki, Al A'masy Al-Kufi, Al Hasan Al-Bashri dan Yahya Al-Yazidi.
Baca juga: 7 Qari Internasional dengan Suara Merdu
Memang ada berbagai pandangan dan perbedaan pendapat mengenai keshahihan qiraat-qiraat di atas. Sebagian Ulama berpendapat bahwa qiraat yang tujuh adalah qiraat yang mutawatir (diriwayatkan oleh banyak perawi), qiraat yang tiga adalah qiraah ahad (diriwayatkan oleh seorang perawi), sedangkan qiraat yang empat adalah qiraah yang syadz (lemah atau jarang). Wallahu A'lam.